Tutup dari Yang Mahakasih  

Saturday, June 27, 2009

Saudaraku, sesungguhnya cinta dan kasih sayang Allah kepada kita sungguh melimpah. Kita tak akan pernah mampu menghitungnya. Salah satunya, Allah Azza wa Jalla memberikan dua "penutup" kepada kita. Pertama, Dia menutup peluang bagi kita untuk berbuat maksiat. Maka sungguh beruntung bila kita selalu gagal berbuat maksiat. Boleh jadi itulah pertolongan dari Allah, sehingga kita tidak tergelincir ke dalam dosa. Bila demikian, segeralah sadar. Ucapkan istighfar atas segala niat buruk yang meresapi hati kita. Sekaligus ucapkan hamdalah atas pertolongan tak terkira itu.

Kedua, Dia menutupi pandangan manusia dari melihat segala kejelekan dan aib-aib yang menempel pada diri. Boleh jadi kita terjerumus ke dalam dosa. Namun dengan kasih sayang-Nya, Allah menutupi dosa-dosa tersebut sehingga tidak terlihat orang lain. Di sinilah sebuah rahasia besar terungkap. Bahwa kita dihargai, disegani, dipuji, dan dimuliakan, bukan karena kita layak mendapatkannya, atau karena memang kita benar-benar mulia. Kita dihargai orang, lebih karena Allah menutupi setiap kesalahan dan aib-aib diri kita. Andai Allah membukakan semua kebusukan diri, tampaknya tidak ada lagi orang yang mau dekat dengan kita. Sesungguhnya, hanya Allah saja yang layak menyandang kemuliaan, pujian dan semua kebaikan. Andai kita mendapatkannya, sungguh itulah "bonus" dari Allah untuk kita.

Al-Hikam, Ibnu Atha'ilah mengungkapkan, "Siapa yang menghormati kepadamu, sebenarnya hanya menghormati tutup Allah kepadamu. Karena itu, seharusnya pujian itu hanya untuk Allah yang menutupi (kesalahan) engkau, bukan pada orang yang memuji dan berterima kasih kepadamu.

Sayangnya, kita lebih sering menginginkan ditutupi aib dan kesalahan diri, daripada ditutupi dari bermaksiat kepada Allah. Apa sebabnya? Karena takut wibawa dan citra diri kita jatuh di hadapan manusia. Bila kondisi seperti ini menghinggapi, maka kecintaan kita terhadap dunia, masih mengalahkan cinta kita kepada Allah. Susah senang kita masih ditentukan oleh penilaian manusia, bukan oleh penilaian Allah Azza wa Jalla.

Saudaraku, tidak salah jika kita meminta agar Allah menutupi segala kesalahan kita. Namun menginginkan agar dijauhkan dari maksiat tentunya lebih bernilai khusus. Keinginan jenis kedua ini akan menghindarkan kita dari menuhankan manusia. Padahal, tidak ada yang paling dibenci Allah, selain mengadakan sekutu bagi-Nya.

Simaklah kisah berikut. Kelak pada hari Kiamat ada beberapa orang yang dibawa ke surga. Namun setelah melihat segala kesenangan yang ada di dalamnya serta merasakan sedikit kesegarannya, tiba-tiba Allah memerintahkan malaikat untuk menghalau mereka dari surga. Ternyata, surga bukanlah tempat yang disediakan kepada mereka. Tempat mereka yang sebenarnya adalah neraka. Kembalilah mereka dengan keadaan amat terhina dan penuh penyesalan.

Mereka berkata, "Wahai Tuhanku, andaikan Engkau masukkan kami ke dalam neraka sebelum memperlihatkan kepada kami surga, dengan segala kenikmatan yang Engkau siapkan kepada ahlinya, niscaya akan terasa lebih ringan bagi kami." Dia berfirman, "Kami sengaja melakukan yang demikian. Sebab dahulu, jika kalian sendirian, kalian dengan bebasnya melakukan kemaksiatan. Namun jika bertemu dengan orang-orang, kalian berlagak khusyuk. Kalian takut oleh manusia, namun tidak takut kepada-Ku. Kalian mengagungkan manusia, namun tidak mengangungkan-Ku. Kalian condong kepada manusia, namun tidak condong kepada-Ku. Maka pada hari ini, rasakanlah siksa-Ku, dan diharamkan atasmu segala Rahmat-Ku."



Wallaahu a'lam.

AddThis Social Bookmark Button
Email this post


1 komentar: to “ Tutup dari Yang Mahakasih

Design by Amanda @ Blogger Buster